Senin, 22 Mei 2017

FASAD BANGUNAN

FASAD BANGUNAN

Secara etimologis, kata fasad atau facade (inggris) memiliki akar kata yang cukup panjang. Fasad berasal dari bahasa prancis, yaitu facade atau faccia. facciata sendiri berasal dari bahasa italia, sedangkaan faccia dalam bahasa latin yang diambil dari kata faccies dan pada perkembangan nya menjadi face dalam bahasa inggris. face mengartikan wajah atau muka, yaitu sisi depan kepala manusia, demikian pula bagi sebuah bangunan.
Fasad adalah istilah arsitektur yang berarti tampak depan bangunan yang umumnya menghadap ke arah jalan lingkungan. Fasad merupakan wajah yang mencerminkan citra dan ekspresi dari seluruh bagian bangunan, bahkan bisa menjadi jiwa bangunan.
Fasad menjadi salah satu kata serapan yang memperkaya perbendaharaan bahasa indonesia. lebih dari itu, fasad sendiri memiliki esensi yang sangat mendalam. Fasad adalah alat perekam sejarah peradaban manusia. dengan mencermati desain fasad dari waktu ke waktu, dapat dipelajari kondisi sosial budaya, kehidupan spiritual, bahkan keadaan ekonomi dan politik yang berlaku pada saat itu.
Fasade sebagai bagian terluar dari arsitektur bangunan, tampak eksterior akan menjadi bagian terdahulu yang paling kritis serta rentan terhadap perubahan cuaca yang ekstrem dan cepat.
Fasad Bangunan Kota Tua

Menurut Krier (1988), facade berasal dari akar kata Latin facies, yang sama pula pengertiannya dengan face dan appearance. Oleh karena itu, jika menyebutkan wajah dari suatu bangunan, digantikan dengan istilah atau kata facade, terutama yang dimaksudkan adalah bagian depan dari suatu bangunan yang menghadap ke jalan.
Fasade bangunan tampaknya masih merupakan elemen arsitektural yang tidak hanya memenuhi keperluan-keperluan umum yang dianjurkan oleh organisasi ruang-ruang yang berada dibaliknya.
Komposisi suatu façade, dengan mempertimbangkan semua persyaratan fungsionalnya (jendela, pintu, sun shading, bidang atap) pada prinsipnya dilakukan dengan menciptakan kesatuan yang harmonis dengan menggunakan komposisi yang proporsional, unsur vertikal dan horisontal yang terstruktur, material, warna dan elemen-elemen dekoratif. Hal lain yang tidak kalah penting untuk mendapatkan perhatian yang lebih adalah proporsi bukaan-bukaan, tinggi bangunan, prinsip perulangan, keseimbangan komposisi yang baik, serta tema yang tercakup ke dalam variasi (Krier 1988:72).
Menurut Krier (1988:78) elemen-elemen arsitektur pendukung façade, yaitu sebagai berikut :
1.    Pintu
Pintu memainkan peranan yang menentukan dalam menghasilkan arah dan makna yang tepat pada suatu ruang. Ukuran umum yang digunakan adalah perbandingan proporsi 1:2 atau 1:3. Ukuran pintu selalu memiliki makna yang berbeda, misalnya pintu berukuran pendek untuk masuk ke dalam ruangan yang lebih privat. Posisi sebuah pintu dapat dipengaruhi oleh fungsi, bahkan pada batasan-batasan tertentu, yang memiliki keharmonisan geometris dengan ruangan tersebut. 
Pintu kolonial

2.    Jendela
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penataan jendela façade, yaitu sebagai berikut :
·      Proporsi geometris façade
·      Penataan komposisi
·      Memperhatikan keharmonisan proporsi geometri
·   Karena distribusi jendela pada façade, salah satu efek tertentu dapat dipertegas atau bahkan dihilangkan
·  Jendela dapat bergabung dalam kelompok-kelompok kecil atau membagi façade dengan elemen-elemen yang hampir terpisah dan membentuk simbol tertentu.
Jendela Kolonial

Tipe jendela dapat diklasifikasikan ke dalam satu atau kombinasi dari beberapa tipe dasar terutama dalam hubungannya dengan pengaturan aliran udara. Jendela dibagi ke dalam empat kategori, yaitu sebagai berikut:
·      Tipe putar, horisontal dan vertikal.
·      Tipe gantung, gantung samping, atas, bawah.
·      Tipe lipat.
·      Tipe sorong/geser, vertikal dan horizontal.

3.    Dinding
Elemen fasade yang terdekat dengan pengguna bangunan adalah dinding bangunan.Bagian terluas dari suatu fasade adalah dinding bangunan.Jadi dinding merupakan faktor penentu utama penilaian terhadap eksistensi bangunan. Kriteria dan komponen penilaian pada dinding bangunan adalah :
a.    Proporsi Masif-Transparan pada Dinding
Komponen ini memberikan penilaian efek visual yang ditampilkan oleh perbandingan pembukaan (transparan) dan dinding tertutup (masif). Hal tersebut terlihat dari perbandingan-perbandingan bukaan berupa jendela atau pintu tembus pandang (kaca) terhadap bidang dinding yang masif.
b.    Efek Vertikalitas - Horisontalitas pada Dinding
Komponen ini memberikan penilaian mengenai efek visual yang dihasilkan oleh konfigurasi unsur-unsur vertikal dan horizontal dari bidang fasade, misalnya: pola perpetakan jendela/pintu, proporsi jendela/pintu, atau konstruksi sunblinds.
c.    Warna Dinding
Pada dinding, warna akan sangat berpengaruh terhadap tampilan fasade, karena memiliki porsi view paling besar diantara elemen-elemen fasade yang lainnya. Oleh sebab itu kecenderungan warna dinding pada suatu koridor juga disebutsalah satu penentu penataan fasade bangunan.
d.   Bahan Dindng
Yang penting untuk digarisbawahi peran bahan dinding dalam konteks fasade bangunan adalah bahan finishing pada dinding sama dengan tekstur, pemilihan bahan finishing pada dinding juga dapat menimhulkan kesan yang sangat berbeda-beda bagi pengamat. Tekstur kasar yang terkesan menjauhi, tekstur halus yang terkesan menjauhi, serta berbagai macam sifat tekstur lainnya.
Dinding Kolonial

4.    Atap
Atap bangunan merupakan elemen fasade yang berfungsi sebagai 'kepala' bangunan. Pembentukan fasade secara umum, selalu mendahulukan kondisi skyline sebagai orientasi ketinggian suatu bangunan, yang nantinya akan membentuk kesan awal secara keseluruhan. Pada map bangunan terdapat tiga faktor yang menentukan perancangan suatu fasade, yaitu :
a.    Bentuk Atap :
Hal pertama yang terperhatikan dalam keserupaan adalah bentuk. Dan apabila keserupaan bangunan terimplementasikan dalam konteks dinding bangunan, maka perhatian akan jatuh pada bentuk atap. Bentuk atap menduduki prioritas bobot tertinggi dalam pemilihan elemen atap bangunan, karena dalam pencahayaan rendah sekalipun, bentuk masih tetap akan terlihat dalam bentuk siluet. Oleh sebab itu, peranan bentuk atap dalam pembentukan kesan fasade yang ditampilkan' amatlah dominan.
b.    Kemiringan Atap
Kemiringan atap masih sangat berhubungan erat dengan bentuk atap, untuk mendukung perwujudan citra suatu fasade bangunan. Hanya saya, kemiringan atap memiliki pilihan yang sangat beragam tidak seperti bentuk atap yang memiliki empat pilihan, yaitu datar, pelana, perisai, dan kombinasi – sehingga perbedaan 10° dianggap sebagai perbedaan yang tidak signifikan.
c.    Warna Atap
Seperti dinyatakan oleh Krier (1988), komposisi dari fasade bangunan disamping berkenaan dengan persyaratan-persyaratan fungsional (jendela, pintu masuk, blinds, dan atap)- pada intinya dilakukan dengan menciptakan kesatuan yang harmonis, dengan menggunakan proporsi yang baik, vertikal dan horizontal yang terstruktur; baik material, warna dan elemen-elemen dekoratif. Sehingga warna dan bahan atap juga merupakan determinan yang diperhitungkan, meskipun tidak setinggi bobot warna dan bahan pada dinding yang memang kedekatannya dengan pengguna jalan (pedestrian) sangatlah tinggi.
d.   Bahan Atap
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa bahan akan bersifat sama dengan tekstur pada konteks fasade. Hanya saja, karena sudut pandangan pedestrian terhadap atap terlalu tinggi, maka bobot penilaian bahan atap-atap bangunan tergolong rendah – meskipun masih cukup dianggap sebagai salah satu faktor determinan fasade bangunan.
Atap Kolonial

.  5.    Sun Shading
Façade beradaptasi dengan cuaca karena adanya ornamen di atas tembok, yaitu teritisan atau biasa disebut sun shading.
Menurut Lippsmeier (1980:74-90) elemen façade dari sebuah bangunan yang sekaligus merupakan komponen-komponen yang mempengaruhi façade bangunan adalah:
a. Atap
b. Dinding
c. Lantai
Pada prinsipnnya komposisi fasade dilakukan dengan menciptakan kesatuan yang harmonis dengan menggunakan komposisi yang proporsiornal, unsur vertikal dan horizontal yang terstruktur, material, warna, dan elemen-elemen dekoratif. Hal ini yang tidak kalah penting untuk mendapatkan perhatian yang lebih adalah proporsi, bukaan-bukaan, tinggi bangunan, prinsip perulangan, keseimbangan komposisiyang baik, serta tema yang tercakup ke dalam variasi (Krier, 1988:72).
Kesatuan yang harmonis antara lain dicapai dengan prinsip-prinsip komposisi, yaitu adanya dominasi, perulangan, dan kesinambungan. Pemakaian material, warna dan elemen-elemen dekoratif tertentu – dengan berpijak pada karakteristik visual yang dimiliki bersama – akan memberikan keterkaitan visual yang mewujudkan kesatuan desain. Tinggi keseluruhan bangunan berkaitan dengan komposisi garis langit (skyline) antar bangunan yang dimunculkan. Sedangkan unsur vertikal dan horizontal yang terstruktur berkenaan dengan konfigurasi unsur-unsur bidang fasade, seperti jendela, pintu masuk dan sunblinds.
Ulasan tersebut di atas dirangkum untuk menghasilkan kriteria penataan fasade yang mencakup :
·      Prinsip-prinsip komposisi
·      Penyelesaian akhir (bahan/material, warna, tekstur)
·  Proporsi arsitektural fasade (perbandingan bukaan-masif, vertikalitas horizontalitas, keterkaitan visual)
·      Pemakaian elemen dekoratif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar